Analis dari Barclays Capital, Suki Cooper mengatakan, pelemahan dolar sepertinya terhubung dengan laporan the Independent soal adanya pertemuan rahasia negara-negara Arab untuk mengalihkan penggunaan dolar.Dalam pertemuannya tersebut, negara-negara Arab dikabarkan akan menggunakan 'basket of currencies' yang berisikan yen, euro, dolar AS, emas dan mata uang lainnya untuk bertransaksi minyak.
"Ini telah menambah kekhawatiran tentang peranan dolar AS di masa depan di pasar finansial internasional," ujar Cooper seperti dikutip dari AFP. Emas dinilai investor sebagai tempat investasi yang paling aman untuk menghadang inflasi. Dalam lingkungan dimana suku bunga secara nyata adalah nol, maka biaya untuk berpindah ke emas adalah nihil. Ini menjadi alasan bagi investor bahwa emas lebih diinginkan," ujar Jack Ablin, analis dari Harris Private Bank seperti dikutip dari Reuters.
Pembicaraan rahasia negara-negara Teluk dengan China, Rusia, Jepang dan Prancis itu dilakukan atas prakarsa Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral keempat negara tersebut.
"Ini adalah kabar negatif dolar AS yang menggerakkan pasar dan menunjukkan bahwa bukan hanya Bank Sentral Asia yang sedang mencari jalan untuk melakukan diversifikasi untuk beralih dari dolar AS," ujar Jonathan Cavenagh, analis dari Westpack.
"Ini telah menambah kekhawatiran tentang peranan dolar AS di masa depan di pasar finansial internasional," ujar Cooper seperti dikutip dari AFP. Emas dinilai investor sebagai tempat investasi yang paling aman untuk menghadang inflasi. Dalam lingkungan dimana suku bunga secara nyata adalah nol, maka biaya untuk berpindah ke emas adalah nihil. Ini menjadi alasan bagi investor bahwa emas lebih diinginkan," ujar Jack Ablin, analis dari Harris Private Bank seperti dikutip dari Reuters.
Pembicaraan rahasia negara-negara Teluk dengan China, Rusia, Jepang dan Prancis itu dilakukan atas prakarsa Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral keempat negara tersebut.
"Ini adalah kabar negatif dolar AS yang menggerakkan pasar dan menunjukkan bahwa bukan hanya Bank Sentral Asia yang sedang mencari jalan untuk melakukan diversifikasi untuk beralih dari dolar AS," ujar Jonathan Cavenagh, analis dari Westpack.
Apakah Indonesia akan mengikuti jejak negara-negara Arab Tim-teng ? sanggupkah ?
Postur pembangunan perekonomian kita yg banyak ditunjang hutang "skala besar" baik pemerintah dan korporasi swasta yg besar-besar dalam mata uang Dollar AS akan menghambat hal ini tentunya.Mata uang lokal seperti Rp ini tentunya tidak memiliki bargaining yg kuat terhadap Dollar AS, ada masanya Dollar diburu karena harus membayar hutang pokok dan bunganya terutama utang warisan Orba dan surat utang/Bond jaman reformasi ini, Neraca pembayaran kita memang cukup sulit utk keluar dari jeratan utang Dollar ini
Kekayaan alam kita pun sebagian besar terutama emas dan Minyak Bumi plus gas mau tidak mau harus dibayarl dalam mata uang dollar guna mencukupi kebutuhan Dollar di dalam negeri. Hal ini tidak lepas dari kontrak-kontrak yg sudah di teken pejabat-pejabat tersebut . Masihkah kita terus mengkoleksi Dollar AS ? sementara cadangan emas terus turun sedangkan emas yg sebesar gunung sudah berpindah tangan kepemilikan pada asing....apa kerjanya wakil rakyat dan pemimpin kita ?
0 comments:
Post a Comment