GRAFIK GOLD DINAR DAILY

Gold Comparison 70-80 dan 2000-2014 fr Imam Semar

Gold Comparison 70-80 dan 2000-2014 fr  Imam Semar

Sunday, May 18, 2008

Sarjana Islam Kelola Uang Kertas Cina

Source Image :www.paulnoll.com

Ketika Warga Tiongkok sudah membalut diri dengan kain sutra dan tenunan serat katun, bangsa Eropa masih barbar. Ketika Cina sudah mengenal kertas, bangsa-bangsa Eropa masih dalam kegelapan. Tidak heran kalau sejak 900 Masehi Cina sudah mengenal mata uang kertas, tidak perlu lagi menggotong logam emas dan perak yang cukup berat.

Pada abad pertama Masehi imperium Romawi, imperium Parsi dan imperium Tiongkok sudah mengenal uang emas dan uang perak. Uang emas dikenal dengan denarius dan mata uang perak dikenal sebagai drachma. Kemudian oleh imperium Islam diperkenalkan dengan sebutan dinar dan dirham.

Daulat Khulafa-ur-Rasyidin (632-661 M) yang berkedudukan di Madinah-al-Munawwarah melanjutkan pemakaian uang dengan standar emas dan perak. Begitu pula dengan Daulat Ummayah (661-730 M) yang berkedudukan di Damaskus. Hal serupa juga dilaksanakan oleh Daulat Abbasiah (750-1256 M) yang berkedudukan di Baghdad.

Berbeda dengan Eropa dan kawasan imperium Islam, Cina pada penghujung pemerintahan Dinasti Tang (618-907M) sudah berlaku sejenis alat bayar baru dalam system moneter dunia. Alat bayar itu dalam bentuk lembaran uang kertas yang dicetak dengan nilai nominal tertentu. Ini adalah system pembayaran dengan uang kertas pertama di dunia.

Dinasti berikutnya, Dinasti Sung (960-1279 M), lalu Dinasti Yuan (1279-1368 M) dan dinasti seterusnya, masih melanjutkan pemakaian uang kertas. Patut dicatat bahwa gagasan pemakaian mata uang kertas itu datang dari para sarjana Islam yang sudah berkecimpung dalam system pemerintahan Cina. Lalu, mereka pula yang mengelola pencetakan dan mengurus jaminan emas dan peraknya.

Marco Polo sudah mencatat tentang pemakaian uang kertas di Cina. Dia melawat ke Tiongkok pada masa pemerintahan Khublai Khan (1214-1294M) dari Dinasti Yuan. Kunjungannya itu terjadi pada masa menteri keuangan dijabat oleh Said Syamsuddin Omar dan dilanjutkan oleh Ahmad Al Fananati. Kisah lawatannya disalin ke Bahasa Inggris oleh Milton Fugoff dengan judul Travels of Marco Polo, edisi 1961, terbitan The New American Library, dalam seri Signet Classic.

Marco Polo berada di Tiongkok ketika Say Dian Chih ( Sayid Syamsuddin Omar) menjadi menteri keuangan dan Ahmad Al Fananati menjadi pengelola pencetakan uang kertas di ibukota Dinasti Yuan. Dia tercengang menyaksikan potongan-potongan kecil kertas diterima untuk membayar harga barang dagangan. Potongan kertas kecil itu tidak hanya diterima oleh pedagang Cina akan tetapi juga oleh pedagang yang datang dari luar Cina.

Dia heran menyaksikan kegiatan perdagangan dengan alat tukar mata uang kertas. Seingat dia, di Venesia dan di dalam wilayah Eropa yang dijelajahinya, orang memakai mata uang emas dan uang perak untuk alat hitung, alat tukar dan alat bayar. Dia pun menyelidiki cara pembuatannya.

Dalam Bab XXIV buku kisah lawatannya dia menulis apa yang disaksikannya. " Di dalam kota Khanbalik , ibukota Dinasti Yuan, ada tempat pembuatan uang dari Khan Agung. Mereka mempunyai rahasia-rahasia kimia dan Khan Agung juga menguasai seni pembikinan uang."

Kulit pohon murbei (daunnya menjadi makanan ulat sutera) menjadi bahan baku kertas. Dari kulit murbei diambil lapisan halus yang berada diantara kulitkasar dan kayu batang pohon. Lapisan halus itu kemudian ditumbuk sampai menjadi semacam bubur.

Bubur itu dimasak dengan semacam bahan kimia dan serat kapas sehingga dia menjadi bubur pulp. Bubur itu didinginkan dalam bentuk lembaran lembaran tipis. Setelah kering, lahirlah lembaran-lembaran kertas.

Setelah menjadi lembaran kertas lalu dipotong-potong dalam berbagai ukuran dalam bentuk segi empat, tapi agak panjang dibanding lebarnya. Besar kecilnya lembaran kertas itu mewakili nilai perak dan nilai emas yang menjaminnya. Ada yang bernilai setengah dan satu uang perak dan ada pula yang mewakili satu, dua, tiga sampai sepuluh mata uang emas.

Setiap orang yang ingin memiliki uang kertas itu harus menyetor sejumlah emas murni dan perak murni kepada badan yang ditugaskan mencetak dan mengelola peredaran uang.Emas dan perak itu akan menjadi penjamin dari uang yang cetak oleh Negara. Orang yang menyetor emas akan memperoleh uang kertas senilai logam mulia yang disetornya.

Kaisar pun tidak boleh mencetak uang sekehendak hatinya. Kaisar dan pemerintah juga menempatkan emas dan perak sebagai jaminan untuk memperoleh uang ketas. Uang tersebut akan dipakai membiayai pemerintahan, menggaji para pegawai dan tentara.  Langkah kebijakan kaisar yang disiplin seperti itu. menumbuhkan kepercayaan rakyat akan mata uang kerajaan.

Kaisar, secara resmi, memberi wewenang kepada mata uang berbentuk kertas itu menyandang nilai sama dengan emas murni dan perak murni. Sebagai tanda pengesahan dari mata uang kertas itu, maka pejabat yang diberi wewenang akan membubuhkan nama dan bahkan memberikan cap resminya pada lembaran uang kertas itu. Pada tahap akhir, pejabat utama akan memberikan cap kerajaan dengan tinta merah pada uang kertas itu.

Setelah tertera cetakan cap kerajaan dengan tinta merah itu maka lembaran kertas tersebut memperoleh wewenang penuh sebagai alat tukar dan mata uang. Ancaman hukuman pun tersurat pada lembaran kertas itu. Sesiapa yang menirunya akan dikenakan hukuman berat.Menurut Marco Polo, mata uang kertas itu beredar di segenap penjuru wilayah kekuasaan Khublai Khan. Tidak seorangpun berani menolaknya sebagai alat pembayaran yang sah. Seluruh rakyat menerimanya tanpa sangsi.

Uang kertas itupun bisa dipergunakan untuk membeli barang berharga seperti mutiara, emas dan perak. Barang perdagangan yang berasal dari Timur Tengah juga dijual dengan alat pembayaran uang kertas itu. Ketika menjelang pulang, uang kertas hasil penjualan barang dari Timur Tengah dibelikan sutera, barang keramik dan bahan berharga yang laku di negeri mereka.

Sarjana barat juga mencatat sejarah mata uang kertas negeri Cina. William L. Langer di dalam Encyclopedia of World History edisi 1956, halaman 345, memberikan catatannya."Dinasti Tang yang bermula memakai mata uang kertas, lalu dilanjutkan oleh dinasti Sung dan dinasti Yuan." Dia mencatat bahwa usul pemakaian uang kertas diajukan kpada Kaisar Ogodai (putera Jenghis Khan) pada tahun1236 M. Ketika itu peredaran uang kertas dibatasi sampai dengan setara nilai 100.000 ounce perak.

Pada masa pemerintahan Khublai Khan, yang hidup dari 1214-1294 M, dia mengangkat Said-i-Ijil Syamsuddin Omar (1210-1279M) menjadi menteri Kuangan. Dia meningkatkan cadangan emas dan perak rata-rata 511.400 ounce perak tiap tahun sampai dengan 1269. Kemudian Sayid Syamsuddin Omar diangka menjadi Gubernur Yunnan.

Ahmad Al Fananati diangkat sebagai pengganti Sayid Syamsuddin. Ahmad pun meningkatkan cadangan perak sampai senilai 10 juta ounce perak. Sirkulasi uang kertas pun meningkat sampai dengan senilai perak dalam cadangan itu.

Ahmad dibunuh oleh seorang anggota keluarga Khublai Khan. Ahmad dinilai terlalu berpengaruh dalam istana Khublai Khan. Keluarga Khan lalu mencetak uang kertas siang malam tanpa memperhatikan logam mulia untuk menjaminnya. Akibat pembunuhan dan pecetakan uang besar-besaran itu terjadilah inflasi yang berkepanjangan.

Menggantikan Ahmad, Khan menunjuk seorang pejabat dari kalangan bangsa Mongol yang bukan muslim. Dia melakukan pengurangan pencetakan uang dan menarik uang yang berlebih dalam peredaran. Dia hanya mencetak uang sampai senilai 5 juta ounce perak, antara 1290 dan 1291, atau hanya setengah dari yang pernah dicetak oleh Ahmad.

Kublai Khan berusaha menarik cadangan emas dan perak dengan bunga 2,5%, yaitu sukubunga resmi pada tahun 1287. Jumlah cadangan emas dan perak dalam perbendaharaan negara tidak cukup untuk menarik kembali uang kertas yang banjir itu. Para ahli menasehatkan Khan melakukan devaluasi mata uang kertas.

Pada tahun 1309 Masehi, pemerintah menjatuhkan nilai uang kertas emisi 1260 dengan nilai 1 berbanding 5. Artinya tiap lembar uang kertas yang bernilai 5 mata uang emas, nilainya diturunkan menjadi 1 mata uang emas. Kemudian suluruh pencetakan uang kertas dihentikan pada tahun 1311. "Utang pemerintah baik dalam bentuk emas dan perak serta kehilangan kepercayaan dari rakyat membuat dinasti itu menjadi sangat lemah," tulis William L.Langer.

Ada tiga kesimpulan dari data yang disajikan oleh William L.Langer.

1) Sebelum Khublai Khan memerintah ada kehati-hatian dalam mengedarkan uang kertas. Jumlahnya sangat terbatas.

2). Ketika sirkulasi uang kertas dikendalikan oleh dua menteri beragama Islam, jumlah uang yang beredar tinggi, namun nilainya mantap.

3).Sewaktu sirkulasi uang kertas dikendalikan oleh tokoh-tokoh bukan Muslim terjadilah krisis moneter dan inflasi merajalela sehingga terjadi pemotongan nilai mata uang yang mengakibatkan hilangnya kepercayaan rakyat kepada dinasti Yuan.


Sumber : Abu Sally
http://www.majalaharana.com

0 comments:

Post a Comment