GRAFIK GOLD DINAR DAILY

Gold Comparison 70-80 dan 2000-2014 fr Imam Semar

Gold Comparison 70-80 dan 2000-2014 fr  Imam Semar

Monday, April 21, 2008

Apa Alat Ukur Investasi Terbaik?

Sadar atau tidak sadar, mengerti atau tidak mengerti, yang jelas leluhur kita telah melakukan proteksi atas nilai kekayaannya (aset) yang mereka miliki sebagai bentuk antisipasi dalam kebutuhan masa datang.Mereka telah melakukan aksi lindung nilai (hedging) secara sederhana.

Emas sebagai saran lindung nilai ternyata tidak hanya dilakukan oleh para leluhur kita tempo doeloe, kinipun logam mulia ini masih menjadi salah satu bagian dari portofolio aset dari para pengelola dana global.Komoditas itu dianggap sebagai aset yang terbebas dari risiko inflasi, sehingga bila terdapat indikasi akan kenaikan laju inflasi dan atau kondisi perekonomian tidak menunjukkan pertumbuhan, maka para pengelola dana itu akan melakukan pemindahan (switching) portofolio dengan membeli emas.

Sebenarnya sarana lindung nilai secara konvensional selain emas, juga terdapat pada beberapa aset lain. Namun, pilihan tersebut sangat tergantung dengan karakter pemilik dana, karena setiap pilihan akan mengubah risiko yang dihadapi.Seperti halnya tanah, yang juga mengalami penyesuaian terhadap kenaikan harga barang (inflasi). Namun, aset ini memiliki risiko yang berbeda dengan emas. Emas pasti lebih mudah dalam menjualnya sementara tanah tidaklah demikian.

Selama ini para pelaku bisnis dan juga individu menggunakan referensi suku bunga perbankan, SBI dan sejenisnya untuk mengukur apakah suatu investasi memberikan hasil yang baik atau kurang. Kalau hasil investasi tersebut lebih tinggi dari bunga deposito atau lebih tinggi dari SBI, maka investasi tersebut dikatakan berhasil dan sebaliknya.

Masalahnya adalah, alat ukur yang kita pakai SBI dan sejenisnya tersebut menyusut nilainya dari waktu ke waktu – jadi hasil investasi yang diukur dengan alat ukur yang menyusut tentu juga tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya

Lantas apa alat ukur investasi kita yang lebih mencerminkan nilai daya beli yang sesungguhnya ?, lagi-lagi ya menggunakan Dinar sebagai pembanding. Namun kalau kita katakan tahun ini Dinar mengalami penguatan 32 % terhadap Rupiah maupun Dollar, apa artinya ini terhadap hasil investasi kita yang di Rupiah ataupun Dollar ? – tidak mudah bukan untuk mengkaitkannya ?.
Cara kerjanya sederhana saja, semua dibandingkannya dengan harga Dinar berdasarkan statistik rata-rata 40 tahun yang kita miliki, Dinar yang diam saja (tidak diinvestasikan = 0% hasil investasi dalam Dinar) memberikan hasil yang setara dengan hasil investasi dalam Rupiah rata-rata 30.04%/ tahun. Sedangkan terhadap hasil investasi dalam Dollar, ini setara dengan hasil investasi rata-rata 11.29%/tahun. Memang tahun 2007 lalu Dinar memberikan hasil yang exceptional 32% terhadap US$ Dollar – tetapi rata-ratanya 40 tahun ya 11.29% itu tadi.

Kalau diamnya Dinar saja memberikan hasil 4 kali lebih besar dari hasil deposito dalam Rupiah (setelah dipotong pajak Deposito Rupiah memberikan bagi hasil sekitar 7.5%/tahun) dan 3 kali deposito dalam US$ (setelah dipotong pajak Deposito US$ memberikan hasil sekitar 3.6%/tahun), maka alangkah baiknya kalau Dinar tersebut juga berputar untuk investasi. Kalau kita bisa berinvbestasi dengan hasil rata-rata 10% saja dalam Dinar, maka berdasarkan mistar Dinar Investment Yield tersebut hasil 10% dalam Dinar ini setara dengan 22.42 % dalam US$ dan setara dengan 43.04% dalam Rupiah.

Lalu, tidakkah Anda mampu merasakan hadirnya para pengusaha atau Investasi "vampir" di sekitar kita? Yaitu, pengusaha atau Investasi  yang membiarkan perusahaannya atau sahamnya  anjlok  ....bangkrut setelah menyedot semua kekayaannya - melalui seribu satu rekayasa keuangan (jual saham, obligasi dll)  - menjadi milik pribadi. Perusahaan atau saham  boleh hancur, tapi kekayaan pribadi, yang bertambah besar, tersembunyi dengan aman di luar negeri. Bukan mustahil, kemudian, puing-puing perusahaan itu mereka beli kembali dengan harga yang sangat murah, baik secara langsung maupun memakai tangan orang lain. Kekayaan pribadi bertambah dan perusahaan bisa diperoleh kembali. Bagi kelompok ini krisis ekonomi Indonesia yang sampai sekarang  merupakan kesempatan emas. Hati-hati berinvestasi......!

Sumber Foto/images diambil dari  :http://www.investorbuddy.com.au/images

0 comments:

Post a Comment