GRAFIK GOLD DINAR DAILY

Gold Comparison 70-80 dan 2000-2014 fr Imam Semar

Gold Comparison 70-80 dan 2000-2014 fr  Imam Semar

Monday, February 11, 2008

Menantang Konsep Tradisional Nilai Mata Uang

dari Klub Saham
 

A: "Apa yang akan terjadi jika saya potong telinga anda ?"
B: "Saya tidak akan bisa melihat".
A: (Dengan keheranan) bertanya sekali lagi, "yg serius, kalau telinga Anda saya potong apa yg akan terjadi ?"
B : "Saya tidak bisa melihat".
A: "(Bepikir, mungkin dia bodoh) ah.. masa begitu?"
B: "Karena saya tidak bisa pakai kaca mata."

Insight : Karena kemampuan melihat 1 langkah didepan, seseorang bisa dianggap bodoh dan tidak normal.

Saya akan menulis mengenai topik diatas dalam beberapa seri artikel, artikel yang akan sambung menyambung sebagai satu kesatuan yang akan diposting dalam beberapa minggu ke depan.
Ekonom-ekonom negara-negara di dunia dan Asia selalu berpandangan negatif dan gelisah jika mata uang nasional mereka menguat terhadap USD, suatu pandangan logis mengingat penguatan dari mata uang akan berimplikasi terhadap denyut nadi perekonomian, khususnya alasan export yang akan menurun sehingga akan mengancam penurunan devisa negara. Ini adalah teori klasik, bahkan saya sebut sebagai sebuah teori tradisional yang sudah saatnya direview kembali.

Ada beberapa kalimat kunci yg membuat para ekonom ketar-ketir jika terjadi penguatan mata uang.


1. Ketakutan akan kehilangan devisa negara.
2. Pertumbuhan ekonomi yg merosot karena penurunan export.

Tersirat juga disini bahwa negara akan lebih baik perekonomiannya kalau nilai mata uang nasional dipertahankan dengan nilai yg relatif lebih rendah dibandingkan dengan mata uang USD. Dengan demikian perekonomian nasional akan berjalan tumbuh dan survive.
Secara fakta hal ini memang dilakukan oleh negara Jepang yang berusaha menahan Yen untuk tidak menguat melebihi level range disekitar 120. Namun toh hal ini tidak membuat perekonomian Jepang tumbuh, malkah kalau boleh dibilang mandek. Tentu saja alasannya sangat multi dimensi kalau ditanyakan kepada ekonom, namun apakah memang demikian?

Kalau asumsi bahwa jika sebuah negara mempertahankan agar nilai mata uangnya lebih rendah dari USD baru bisa tumbuh dan menuju kemakmuran, maka timbul pertanyaan, kebalikannya, kenapa Amerika yang nilai mata uangnya lebih tinggi dari sebagian besar mata uang dunia dapat tumbuh sebagai negara makmur dan serba lebih maju?

Pertanyaan ini sudah langsung bisa menantang pendapat para ekonom tradisional yang lebih senang mempertahankan nilai uang yang lebih rendah seperti telah saya sebutkan di diatas. Perlu diingat bahwa sebagian besar eknomon dunia lahir dari doktrinasi dan teori ekonomi Barat (baca: Amerika).

Kesimpulan yang bisa ditarik diatas adalah bahwa tidak terbukti mempertahankan nilai mata uang yang lebih rendah dapat secara pasti memberikan kebaikan ekonomi bagi suatu bangsa. Sebaliknya, nilai mata uang yang lebih tinggi tidak berarti akan membuat perekonomian suatu negara akan ambruk karena export yang akan merosot.

Selain itu dapat juga kita simpulkan bahwa mata uang yg relatif lebih rendah ataupun lebih tinggi tidak menjadi penentu dari pertumbuhan perekonomian suatu negara, sehingga adalah tidak berdasar jika Indonesia tetap berkehendak untuk mempertahankan nilai Rupiah dibawah USD dan mata uang lainnya
SEKILAS MENOLEH KEBELAKANG

Ingat sebelum masa krisis? Mata uang Indonesia menggunakan sistem fix (pegged) dan mengambang terkendali dan akhirnya benar-benar free float pasca crisis atas desakan IMF.

Rupiah (IDR) pada masa pra-krisis berada pada range 2,000-2,500 artinya IDR "kuat" dipertahankan pada level demikian. Dengan range Rupiah tersebut kehidupan Indonesia relatif lebih makmur, daya belinya kuat dan perekonomian tumbuh dengan sangat meyakinkan. Sebagai analogi, saya mengutip artikel dalam koran ibukota yg menceritakan buruh/petani yg pendapatan Rp 10,000 pada masa krisis bisa hidup cukup membiayai keluarga tapi sekarang dengan pendapatan Rp 30,000 belum juga cukup dan serba kekurangan. Ini adalah fakta, bukan rekayasa bahwa dengan mempertahankan Rupiah Rp 2,000-2,500, banyak yg dapat dibeli untuk kesejahteraan masyarakat.

Begitu Indonesia masuk krisis politik, momentum ini seolah-olah menjadi self fullfilling destruction dan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh IMF dan kroni internasionalnya (George Soros) dengan melakukan serangkaian proses penghancuran system financial Indonesia, dan singkat cerita pertahanan yg "kuat"pun roboh. Begitu "kecilnya" Indonesia bagi raksasa keuangan dunia sehingga penghancuran hanya perlu satu dua tarikan napas saja. Akhirnya Indonesiapun bertekuk lutut, system pertahanan keuangan Rupiahpun berubah dari Fix/manage menjadi Free Float.

Dengan berubahnya ke system Free Float maka Indonesia sudah masuk dalam lingkaran permainan Amerika, mengapa begitu? Jelas suatu mata uang yang masuk dalam free float ditentukan oleh proses supply dan demand . Kalau sudah bicara mengenai supply & demand, maka berlaku hukum kekuatan, dalam hal ini jelas Indonesia "tidak memiliki" kekuatan sehingga para pemain asing bahkap pemerintah USA dengan sangat leluasa menaikan maupun menurunkan mata uang Indonesia. Kalau mood paman Sam lagi jelek dia boronglah USD di Indonesia dan Rupiahpun turun, kalau moodnya lagi baik dijualah USA dan Rupiahpun berotot. Siapa yang dapat mengontrol dan siapa yang dapat menahan kalau USA melakukan hal ini jawabannya tidak ada karena kalau sudah berbicara mengenai USD, maka pemilik mata uanglah yg punya kuasa.

Bagi mereka yang ragu bahwa IMF merupakan kepanjangan dari Amerika dan hanya merepresentasikan kepentingan Amerika mungkin akan lebih jelas jika Anda membandingkan bagaimana PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dicengkeram dan "dimanage" oleh Amerika. Bagaimana sebenarnya PBB dibuat sedemikian rupa agar membela kepentingan Amerika dalam kasus perang Irak.

Lain halnya dengan Malaysia, dalam menghadapi krisis pada tahun 1997, Mahatir Muhammad pantas diacungkan jempol, saya pikir PM Malaysia lebih jago "membaca" arah permainan yg dilakukan oleh USA dan kroninya sehingga dengan sangat cepat memblokir system ketahanan keuangan mereka terhadap serangan-serangan Amerika dan kroninya dengan memberlakukan sistem fix/pegged hasil akhirnya diketahui, rencana USApun kandas, gagal memasukan Malaysia dalam lingkaran setan paman Sam.
---------------------------------------------
Bagaimana USD currency trap (jebakan mata uang USD) dapat terjadi?, atau barang kali saya hanya me-reka saja dan bagaimana bisa mata uang USD dollar akan hancur dominasinya di dunia? Ada apa dibalik serangan USA terhadap Irak?

Berita di Yahoo hari ini mengutip pernyataan Bush bahwa Amerika akan mempertahankan kekuatan mata uangnya, salah satu kalimatnya adalah "I am going to tell my partners that the United States is conducting a healthy monetary and fiscal policy. I am going to repeat to them that we are conducting a policy favorable to a strong dollar,"
Akan mampukan USA mempertahankan nilai mata uang USD ? atau akhir dari USD sudah kelihatan?

0 comments:

Post a Comment